Selasa, 27 November 2012

PROPOLIS HIJAU


Mengenal Propolis Hijau
Sampai sekarang hutan hujan tropis Brazil yang lebat tetap diakui sebagai salah satu paru-paru dunia. Beragam flora dan fauna yang hidup di dalamnya sejak lama telah memberi manfaat bagi umat manusia. Salah satunya adalah bahan baku Propolis Hijau ? yang menurut banyak peneliti memiliki kualitas terbaik. Tak heran bila Brazil sampai sekarang menjadi pemasok bahan baku Propolis terbesar di dunia

Predikat terbaik yang disematkan pada Propolis Hijau bukan tanpa alasan. Bahan baku Propolis khas negeri Samba ini berasal dari sejenis pohon eucalyptus bernama Baccharis dracunculifolia yang hanya dapat tumbuh di iklim tropis dan vegetasi khas Brazil.

Hutan Hujan Tropis Brazil (Desfirawita, 2009)
 

Dari pohon inilah, unsur Bioflavonoid dan Artepillin C dikumpulkan oleh lebah Africanized dan kemudian diolah menjadi Propolis untuk melindungi sarangnya. Kedua unsur yang berasal pohon Baccharis dracunculifolia ini pula yang membuat Propolis Hijau tak hanya berpredikat istimewa dan terbaik, tetapi juga produk herbal alami paling efisien yang pernah ditemukan dalam peradaban manusia.

Pohon Baccharis dracunculifolia dan Lebah Africanized


Penduduk lokal lebih sering menyebutnya pohon Alecrim do campo. Rata-rata pohon Baccharis dracunculifolia memiliki tinggi 2-3 meter dan sebagian besar tersebar di bagian selatan dan tenggara Brazil, terutama di wilayah Sao Paulo dan Minas Gerais. Di kedua daerah itu, pohon Alecrim do campo kerap dimanfaatkan oleh penduduk sekitar untuk kepentingan pertanian dan kesehatan.
 

Pohon Baccharis dracunculifolia ( Liana John, 2011)
 
Sejak lama, penduduk lokal memanfaatkan pohon Baccharis dracunculifolia sebagai obat tradisional, terutama untuk menyembuhkan bisul dan radang. Tak hanya itu, Menezez (2005) menyebut ekstrak pohon yang satu ini dapat menurunkan demam, menyembuhkan sakit perut, dan memulihkan stamina tubuh. Bahkan penelitian mutakhir menyebut, unsur yang terkandung dalam pohon Alecrim do campo dapat melawan sel-sel leukimia yang mengerogoti sel-sel darah merah.

Selain itu, peran lebah Africanized pun tak boleh diabaikan dalam proses produksi Propolis Hijau. Termasuk spesies lebah madu Western ( Apis mellifera) , sejatinya lebah Africanized berdarah campuran antara lebah Afrika ( A.m. scutellata) dari Tanzania dengan varian lebah Eropa, seperti lebah Italia ( A.m. ligustica ) dan lebah Iberia ( A.m. iberiensis).

Lebah Africanized (BRSR, 2012)

Darah campuran yang mengalir dalam tubuh lebah Africanized membuat spesies ini lebih agresif bila dibandingkan dengan varian-varian lebah Eropa lainnya. Bahkan begitu agresifnya, lebah yang satu itu kerap disebut lebah pembunuh ( bee killer ). Predikat “sangar” ini diberikan karena lebah Africanized yang berkoloni dalam jumlah kecil ini sering menyerang dan mengambilalih sarang lebah lain setelah membunuh sang ratu lebah.

Lebah Africanized tersebar di wilayah Afrika sampai selat Gibraltar yang merupakan perbatasan benua Eropa-Asia (Eurasia). Lalu bagaimana bisa lebah ini sampai ke Brazil ? Ternyata lebah ini dibawa dan dilepaskan pada 1957 oleh pebudidaya lebah ke negeri Samba pada 1957 di dekat wilayah Rio Claro, Sao Paulo.

Proses pelepasan ini dilakukan dari sarang lebah Africanized yang dikontrol langsung oleh ahli Biologi, Warwick E. Kerr. Kala itu, ahli Biologi asal Brazil ini sedang berupaya untuk menyilangkan lebah madu Eropa dengan Afrika Selatan. Tujuannya agar lebah itu mampu memproduksi madu lebih banyak dan dapat beradaptasi dengan iklim tropis Brazil.

Komposisi dan Manfaat Propolis Hijau


Berasal dari Bahasa Latin, flavius yang berarti kuning Flavonoid ( Bioflavonoid ) merupakan sejenis pigmen yang memproduksi warna kuning, merah, atau biru pada bunga tanaman untuk menarik hewan-hewan yang membantu proses penyerbukan.

Flavonoid ( Leonid Andronov, 2012)

Sebaliknya, senyawa ini juga berfungsi sebagai pelindung tanaman dari serangan hama dan predator. Selain itu, pada pohon-pohon yang menjulang tinggi, seperti Baccharis dracunculifolia, Flavonoid berfungsi sebagai penyaring sinar ultra violet, membantu proses pengikatan nitrogen, dan pemberi warna.

Tak hanya bermanfaat bagi tumbuhan, Flavonoid juga memiliki banyak manfaat bagi kesehatan tubuh manusia. Antara pertengahan 1930 sampai awal 1950, senyawa ini kerap disebut vitamin K.

Belakangan istilah yang terakhir disebut tidak lagi digunakan. Pasalnya, Flavonoid memiliki khasiat yang jauh lebih beragam dari Vitamin K, seperti anti virus, alergi, radang, tumor, oksidan. Selain itu, senyawa ini juga berfungsi melindungi struktur sel-sel tubuh , menyokong kerja Vitamin C, dan bersifat antibiotik.

Oleh karena khasiat, fungsi, dan sifatnya itu, Flavonoid juga memiliki kemampuan untuk mencegah dan mengobati berbagai penyaktit. Mulai dari penyakit ringan? seperti alergi, encok, radang kulit, ambeyen, perut, migrain, varises?sampai penyakit berat macam asthma, diabetes dan katarak.

Artepillin C (Ikuo Nakanishi dkk., 2003)

Kandungan penting lain dalam Propolis Hijau yang tak boleh dilupakan adalah Artepillin C. Seperti Flavonoid, molekul ini juga bersumber dari pohon Baccharis dracunculifolia. Kadar Artepillin C dalam Propolis Hijau berkisar antara 6-8 %.

Serupa dengan Flavonoid , Artepillin C juga memiliki banyak manfaat bagi kesehatan tubuh, seperti anti bakteri, virus, dan jamur. Selain itu, manfaat Arteppilin C yang paling krusial dan eksklusif kemampuan molekul ini untuk menyembuhkan kanker dan tumor ganas.
 

Propolis Hijau (www.apisgreen.com)
 
Propolis telah diakui secara luas ampuh untuk menjaga kesehatan dan menyembuhkan beragam penyakit. Namun dari sekian banyak varian yang ada, Propolis Hijau dianggap sebagai produk terbaik. Kandungan Flavonoid dan Artepillin C inilah yang membuat Propolis Hijau istimewa, terbaik, dan memiliki lebih banyak manfaat dibandingkan varian-varian Propolis yang ada.

0 komentar:

  © Blogger template 'Isolation' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP